Pelaksanaan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Rangka Peringatan HUT Kemerdekaan Republik indonesia ke- 74 tingkat Kecamatan pancur.

I. Pada hari Sabtu tanggal 17 Agustus 2019 pukul 08.50 wib bertempat dilapangan desa pancur Kec. Pancur telah dilaksanakan kegiatan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Rangka peringatan HUT Kemerdekaan Republik indonesia ke- 74 tingkat Kecamatan Pancur kab. Rembang.

II. Hadir dalam Acara tersebut :
1. Forkompimcam pcr
2. Kepala Dinas instansi dan UPT se-Kecamatan pancur
3. Staf Kec. Pancur.
4. Kepala desa se-Kec.pancur
5. Ketua TP PKK Kecamatan dan Desa se- Kec.pancur
6. Mahasiswa KKN dari UNS.
7. Perangkat desa.
8. Tokoh Agama dan Tokoh Masyatarakat
9. Siswa SD/MI, SMP/MTs sederajad.
8. Hadir ± 800 orang

III. Selaku Inspektur Upacara Camat pancur Suharto. S. H, perwira Upacara Aiptu Pranata ( Kanit Binmas) dan Komandan upacara Aipda Supriyanto. S. H. ( kasi Humas).

IV. Adapun susunan acara sbb :
1. Inspektur Upacara memasuki lapangan upacara.

2. Penghormatan pasukan.

3. Laporan Komandan Upacara.

4. Pengibaran Bendera Kebangsaan Merah Putih, dipimpin Komandan Upacara.

5. Mengheningkan Cipta dipimpin Inspektur Upacara.

6. Detik-detik Proklamasi.

7. Pembacaan Teks Proklamasi oleh Inspektur Upacara.

8. Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Amanat Inspektur Upacara membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah yang intinya :
a. Jajaran Legislatif, Eksekutif, Yudikatif,
TNI/Polri, Para sesepuh Jawa Tengah,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Dunia
Usaha, Perguruan Tinggi, dan semua
Peserta Upacara serta masyarakat Jawa Tengah yang saya banggakan.
b. Seperti ungkapannya Gus Dur, orang tak akan bertanya apa agamamu, apa sukumu ketika berbuat baik. Dalam masa perjuangan setelah kemerdekaan ini sudah semestinya kita tidak membedakan suku, agama atau pun ras. Tak peduli warna kulit, rambut, jenis kelamin, kaya atau pun miskin. Semua sama di mata negara. Founding fathers bangsa ini telah memberi contoh lewat laku, bukan sekadar gembar gembor persatuan. Mereka berdarah-darah
menegakkan kemerdekaan. Sebenarnya kita pun mewarisi semangat itu. Namun karena kadang kita memupuk borok dalam dada, membuat kita terlena hingga dengan rasa tanpa dosa saling menghina dan mencerca, bahkan ada yang nekad hendak mengganti Pancasila.
c. Siapa yang mempermasalahkan Agustinus Adisucipto sebagai pahlawan? Apakah karena beliau seorang Katolik, lantas yang dari Hindu, Budha, Islam, Kristen dan Kong Hu Chu menggerutu.
d. Kemudian Albertus Soegijapranata. Beliau merupakan uskup pribumi pertama di Indonesia. Bahkan karena nasionalismenya keras, beliau
tidak henti-hentinya mengagungkan semboyan “100% Katolik, 100% Indonesia” dan ungkapan itu terus berdengung hingga kini. Lantas mari kita tengok pahlawan dari Budha, yang merupakan saudara kita sendiri dari
Banyumas, Letjen Gatot Subroto.
Yang tidak kalah penting perannya dalam perjuangan adalah saudara-saudara kita dari Tionghoa. Ada Yap Tjwan Bing lahir pada 31 Oktober 1910 di Solo. Beliau merupakan satu-satunya anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dari Tionghoa dan turut hadir dalam pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden pada 18 Agustus 1945.
e. Ada pula Liem Koen Hian merupakan salah satu anggota dari Badan Penyelidik Usaha-usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bahkan beliau
jadi salah satu inspirator Bung Karno ketika pidato di majelis BPUPKI tentang berdirinya negara yang tanpa berasaskan ras maupun agama. Dan sepatutnya kita pun berterima kasih pada tokoh keturunan Arab, Faradj bin Said bin Awak Martak. Pedagang kelahiran Yaman Selatan ini dengan berani menyediakan rumahnya di Pegangsaan Timur No 56 sebagai lokasi proklamasi kemerdekaan RI.
f. Lantas siapa yang memper-masalahkan kepahlawanannya I Gusti Ngurah Rai, Untung Suropati, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari karena agamanya. ? Bibit jiwa kita adalah bibit tepo sliro, bibit andarbeni, bibit paseduluran.
g. Pancasila sebagai dasar Republik adalah harga mati. Tidak bisa ditawar dan harus kita tanam sedalam-dalamnya di Bumi Pertiwi. Pancasila inilah sebagai induk semangnya negara ini,yang di dalamnya bersemayam ajaran-ajaran agama: Hindu, Budha, Islam, Katolik, Kong Hu Chu dan Kristen. Yang di dalamnya bersemayam spirit-spirit berasaskan kebudayaan Nusantara. Kalaulah sistem pemerintahannya pernah berubah, toh akhirnya jiwa-jiwa yang telah menyatu dari Sabang sampai Merauke dari
Miangas hingga Rote tidak bisa dipisahkan.
h. Sejarah mencatat, setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 sistem pemerintahan sempat berganti menjadi
Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Namun akhirnya sejak 17 Agustus 1950 Tanah Air ini kembali tegak berdiri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sampai kapan? Seperti ungkapan Bung Karno, “Di atas
kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia yang kekal dan abadi.”
Bung Karno mengatakan, “Jikalau saya
peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan Gotong-royong.
i. Gotong-royong adalah pembantingan – tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan
bersama!” Tekad kebersamaan, senasib sepenang-gungan inilah yang terus kita emban untuk menghadapi zaman.
j. Sejak dilahirkan Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari seringnya bencana alam, korupsi, konflik sosial, gerakan separatisme dan radikalisme. Belum lagi tantangan modernisasi yang bergerak seiring dentang jam. Jangan lagi ada niatan mengganti ideologi
bangsa, jangan lagi ada ungkapan, “Ah kamu Batak, ah kamu Irian, ah kamu Bugis, ah kamu Sunda, ah kamu Madura, ah kamu Jawa.” Jangan lagi ada. Perbincangan kita harus melompat jauh ke depan. Bangsa Cina dan India telah bergerak menuju Bulan, bangsa Amerika telah bersiap membangun perumahan di Mars. Meski saat ini
kita belum mampu, jangan biarkan anak-anak kita hanya jadi penonton atas keberhasilan bangsa lain. Kita siapkan mereka saat ini, kita bekali mereka dengan ilmu pengetahuan dan
semangat toleran, agar mereka juga bisa sampai ke Bulan, ke Mars, dan Galaksi lain. Kita lah yang menanggung dosa besar jika mereka tertinggal. Kitalah yang menanggung dosa besar jika mereka diremehkan. Kita lah yang
menanggung dosa besar jika mereka dilecehkan. Gold generation harus benar-benar tercipta di tahun 2040, 20 tahun lagi.
k. Mulai sekarang segala daya upaya, tenaga dan pikiran, jiwa dan raga kita kerahkan untuk masa depan cemerlang anak-anak kita. Kita rebut kembali kejayaan Majapahit, yang mampu ekspansi ke bagian bumi di Utara. Anak-anak kita harus jadi arus besar perubahan yang meluncur ke Utara, ke seluruh bagian di penjuru dunia. Inilah saatnya kita kirim arus balik, setelah sekian lama kita diterpa berbagai kemajuan dari belahan bumi lain. Wahai pemuda, persiapkan mental dan akalmu. Jangan melempemberhadapan dengan bangsa lain, jangan lembek ketika ada yang mengejek. Kepalkan tekadmu, bulatkan semangatmu.
l. Saudara-saudaraku, semua hal itu akan mampu kita hadapi dengan satu senjata, kebersamaan. Persatuan Indonesia ! Kita ini diciptakan atas satu jalinan sebagai sapu lidi, yang jika lepas ikatannya ambyar kebangsaan kita, ambyar negara kita, ambyar Indonesia Raya. Sejarah telah mengikat kuat kita,
perasaan senasib sepenanggungan telah menyatukan kita, dan Pancasila telah mendasari kita sebagai bangsa dan negara yang besar. Yakinlah kecemerlangan bangsa ini takkan lama
lagi. Indonesia akan berjaya seribu windu lamanya, bahkan lebih.

10. Pembacaan Doa.

11. Laporan Komandan Upacara

12. Penghormatan pasukan.

V. Selama pelaksanaan kegiatan Upacara Bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke 74 tingkat Kec. Pancur berjalan aman dan kondusif selesai pukul 10.20 Wib.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *